1.
Perkembangan pendekatan perencanaan
A. Pendekatan Perencanaan Rasional Menyeluruh :
Perencanaan
rasional menyeluruh (Rational Comprehensive Approach) secara konsepsual dan analitis mencakup
pertimbangan perencanaan yang luas. Di dalam pertimbangan tersebut tercakup
berbagai unsur atau subsistem yang membentuk suatu organisme atau sistem secara
menyeluruh. Pertimbangan ini termasuk pula hal-hal yang berkaitan dengan
seluruh rangkaian tindakan pelaksanaan serta berbagai pengaruhnya terhadap
usaha pengembangan. Produk perencanaan rasional menyeluruh mencakup suatu
totalitas dari seluruh aspek tujuan pembangunan. Jadi permasalahan yang
ditinjau tidak dilihat secara terpilah pilah melainkan dalam suatu kesatuan
cakupan. Pendekatan perencanaan rasional menyeluruh ini juga menempatkan
permasalahan tersebut selain sebagai suatu kesatuan secara internal juga dalam
hubungannya dengan hal-hal eksternal, yaitu unsur-unsur dari organisme atau
sistem yang berada diluar atau disekitarnya. Walaupun suatu perencanaan
rasional menyeluruh ini tidak bermaksud merealisasikan semua unsur atau
subsistem dari suatu organisme atau sistem tersebut, tetapi lingkup wawasan
perencanaannya sudah merinci keseluruhan aspek dalam suatu kaitan yang terpadu.
Jadi ciri-ciri utama dari suatu pendekatan perencanaan rasional menyeluruh ini
adalah sebagai berikut ini (Banfield, Meyerson) :
1.
Dilandasi oleh
suatu kebijaksanaan umum yang merumuskan tujuan yang ingin dicapai sebagai
suatu kesatuan yang utuh.
2.
Didasari oleh
seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh dan terpadu.
3.
Peramalan yang
tepat serta ditunjang sistem informasi (masukan data) yang lengkap, andal dan
rinci.
4.
Peramalan yang
diarahkan pada tujuan-tujuan jangka panjang.
Produk perencanaan rasional menyeluruh
ini dikenal antara lain sebagai “Rencana Induk”, Masterplan, “Rencana
Umum”, General Plan, atau “Rencana Pembangunan” Development Plan (Melville
C. Branch, 1983).
Di beberapa negara maju telah muncul
berbagai kritik terhadap keefektifan dari produk perencanaan rasional
menyeluruh ini. Di Inggeris misalnya pada dekade 1960-an telah menyoroti
keefektifan London Masterplan buatan Sir Patrick Abercrombie dkk disamping juga
terhadap beberapa rencana induk kota lainnya. Secara umum kritik tersebut
didasarkan kepada beberapa permasalahan yang dihadapi keandalan produk
perencanaan rasional menyeluruh sebagai berikut ini :
a.
Produk
perencanaan menyeluruh dirasakan kurang memberikan informasi dan arahan yang
relevan bagi para pembuat keputusan mengenai permasalahan yang harus segera
diselesaikan dari sekian permasalahan jangka panjang yang dirumuskannya.
b.
Usaha
penyelesaian masalah yang mencakup berbagai unsur atau sub sistem dari
organisme atau sistem secara menyeluruh dinilai sebagai hal yang sangat sukar
direalisasikan, mengingat faktor finansial dan sifat dinamika perkembangan
sistem masyarakat. Dengan demikian ada anggapan bahwa sasaran dan tujuan
rencana menyeluruh sangat ambisius.
c.
Karena anggapan
serta analisis perencanaan rasional menyeluruh ini menekankan kepada azas
totalitas, maka ini berarti perlunya ditunjang oleh sistem informasi sebagai
masukan data yang lengkap, rinci dan dengan keandalan yang tinggi. Untuk
keperluan ini berarti diperlukan penelaahan yang akan memerlukan dana serta
waktu yang cukup besar. Resiko yang dialami dalam hubungan ini adalah waktu
penyelesaian rencana dan keandalan mutu data yang melandasi analisis sering
tidak sesuai dengan harapan.
d.
Salah satu
syarat tercapainya suatu pelaksanaan pembangunan berdasarkan rencana menyeluruh
adalah adanya sistem koordinasi kelembagaan yang mapan yang pada kenyataannya
justru hal inilah yang menjadi permasalahan yang besar.
B. Pendekatan Perencanaan Terpilih
Dengan
adanya anggapan kekurang efektifan produk perencanaan rasional menyeluruh
tersebut diatas maka telah dikemukakan suatu bentuk pendekatan perencanaan yang
dikenal sebagai “Pendekatan Perencanaan Terpilih” – Disjointed Incremental
Planning Approach (Charles E. Lindblom dkk). Pada hakekatnya pendekatan ini
mengutamakan unsur atau subsistem tertentu sebagai yang perlu diprioritaskan
tanpa perlu melihatnya dalam wawasan yang meluas. Pendekatan ini dianggap
memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menerapkan strategi pengambilan
keputusan dengan kapasitas kognitif yang terbatas dan lebih rasional. Suatu
perencanaan pendekatan terpilah tidak perlu ditunjang oleh sistem informasi
yang lengkap, menyeluruh serta akurat mengenai keadaan keseluruhan, cukup data
yang terinci tentang unsur atau subsistem tertentu yang diprioritaskan
tersebut. Ini dianggap sebagai suatu penghematan dana dan waktu untuk
penelaahan, analisis dan proses teknis penyusunan rencana. Sasaran dan tujuan
yang digariskan di dalam rencana bersifat langsung pada kebutuhan pengembangan
suatu unsur atau subsistem tertentu saja.
Jadi ciri-ciri utama suatu produk perencanaan
terpilah adalah :
1.
Rencana
terpilah tidak perlu ditunjang oleh penelaahan serta evaluasi alternatif
rencana secara menyeluruh.
2.
Hanya
mempertimbangkan bagian-bagian dari kebijaksanaan umum (kalau sudah ada) yang
berkaitan langsung dengan unsur atau subsistem yang diprioritaskan.
3.
Dengan
terbatasnya lingkup perencanaan yaitu pada unsur atau subsistem tertentu saja
maka ada anggapan bahwa pelaksanaan dan pelaksanaannya lebih mudah dan relistik.
Permasalahan yang dihadapi oleh produk perencanaan
terpilah ini adalah :
a.
Karena kurang
berwawasan menyeluruh serta kurang berwawasan sistem maka sering terjadi dampak
atau masalah ikutan yang tidak terduga sebelumnya.
b.
Hanya merupakan
usaha penyelesaian jangka pendek yang kurang mengkaitkan dengan sasaran dan
tujuan jangka panjang.
c.
Suatu produk
perencanaan terpilah hanya merupakan upaya perencanaan untuk menyelesaikan
masalah secara “tambal sulam” yang bersifat penyelesaian sementara sehingga
harus dilakukan secara terus-menerus. Kenyataan ini telah dinilai sebagai hal
yang tidak efisien.
C. Perencanaan Terpilah berdasar Pertimbangan
Menyeluruh
Pendekatan
Perencanaan Terpilah berdasar Pertimbangan Menyeluruh ini melihat potensi yang
terkandung di kedua pendekatan perencanaan terdahulu. Jadi pada hakekatnya
pendekatan ini mengkombinasikan pendekatan rasional menyeluruh dan pendekatan
terpilah masing-masing dalam kadar lingkup tertentu yaitu menyederhanakan
tinjauan menyeluruh dalam lingkup “wawasan sekilas” (scan) dan memperdalam
tinjauan atas unsur atau subsistem yang
strategis dalam kedudukan sistem terhadap permasalahan menyeluruh. Oleh
karena itulah maka pendekatan perencanaan ini disebut sebagai” Pendekatan
Perencanaan Terpilah berdasar Pertimbangan Menyeluruh”-“Mixed Scanning Planning
Approach “ atau disebut juga sebagai ”Third Approach”- “Pendekatan
Ketiga” (Amitai Etzioni).
Ciri-ciri utama pendekatan perencanaan ini adalah :
1.
Perencanaan
mengacu kepada garis kebijaksanaan umum yang ditentukan pada tingkat tinggi.
2.
Perencanaan
dilatarbelakangi oleh suatu wawasan menyeluruh serta mengfokuskan pendalaman
penelaahan pada unsur-unsur atau subsistem-subsistem yang diutamakan.
3.
Ramalan
mendalam tentang unsur-unsur atau subsistem-subsistem yang diprioritaskan dilandasi
oleh ramalan sekilas tentang lingkup menyeluruh serta didasarkan kepada wawasan
sistem.
4.
Perumusan
rencana dengan pendekatan ini dinilai sebagai usaha penghematan waktu dan dana
dalam lingkup penelaahan, analisis dan proses teknis penyusunan rencana karena
adanya penyederhanaan dalam penelaahan dan analisis makronya.
5.
Untuk menunjang
hasil ramalan dan analisis sekilas maka proses pemantauan, pengumpulan
pendapat, komunikasi serta konsultasi dengan masyarakat yang berkepentingan
serta dengan pengelola (pemerintah) telah dilakukan secara menerus sejak
penyusunan perumusan sasaran dan tujuan rencana pembangunan.
Masalah yang sering dirisaukan tentang
produk pendekatan perencanaan ini adalah adanya kemungkinan terjadinya
kemelesetan dari ramalan-ramalan, khususnya yang menyangkut tujuan-tujuan
jangka panjang karena hanya ditunjang oleh sistem informasi yang didasarkan
kepada hasil-hasil penelaahan sekilas (scanning).
2. Beberapa contoh produk perencanaan yang berdasarkan ketiga
pendekatan diatas
A.
Produk perencanaan
yang berlandaskan pendekatan komprehensip seperti Masterplan, National
Planning, Development Plan disamping itu tidak berarti bahwa rencana-rencana
yang berskala kecil tidak ada yang berlandaskan pendekatan komprehensip. Jadi
ada juga rencana-rencana berskala kecil yang dilandasi oleh
pertimbangan-pertimbangan menyeluruh seperti misalnya perencanaan jaringan
listrik masuk desa yang dilandasi oleh berbagai berbagai pertimbangan sektoral
lainnya yang berwawasan menyeluruh.
B.
Produk
perencanaan yang berlandaskan pendekatan inkremental seperti suatu rencana
khusus, rancangan bangunan dan sekitarnya yang terbatas, rencana struktur
khusus.
C.
Produk
perencanaan yang dilandasi oleh pendekatan inkremental yang berkerangka fikir
menyeluruh seperti Rencana Struktur Kota (Structure Plan) yang dikembangkan di
Inggeris sejak tahun 1968, Action Plan (Rencana Tindakan), Development Plan
yaitu rencana lingkup makro yang dilandasi pendekatan strategis.
Sebenarnya ketiga pendekatan perencanaan serta
produknya tidak ada yang dikatakan sebagai lebih berhasil dari yang lainnya.
Masing-masing dapat dikembangkan sesuai dengan lingkup kebutuhannya baik secara
substantif maupun secara teritorial. Misalnya suatu national planning atau
regional planning mungkin sangat kuat pertimbangan kekomprehensipannya, tetapi
sebaliknya pada suatu rancangan detail mungkin pertimbangan inkrementalnya
sangat kuat. Masing-masing mempunyai kekurangan dan keistimewaannya sesuai
dengan lingkup penggunaan dan keperluannya.
Sebagai suatu contoh dalam dalam hal perencanaan
kota ketiga pendekatan perencanaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
ini :
Bacaan :
1. Andreas Faludi, “A Reader in Planning Theory”
2.
Djoko Sujarto, “Pilihan
Strategis suatu model pengambilan keputusan dalam perencanaan kota “, Diktat
FTSP-ITB 1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar